Skena Musik sebagai Identitas Budaya dan Ekspresi Anak Muda di Era Digital

Skena Musik sebagai Identitas Budaya dan Ekspresi Anak Muda di Era Digital

Perkembangan budaya populer di era digital melahirkan berbagai perubahan sosial yang nampak jelas dalam kehidupan anak muda. Salah satu fenomena mencolok yang menandai perubahan tersebut adalah munculnya skena music yaitu sebuah ruang sosial di mana musik, gaya hidup, dan identitas melebur menjadi praktik budaya yang terus berkembang. Fenomena ini tidak sekadar berbicara mengenai selera musik, tetapi mengenai cara anak muda membangun identitas diri, memaknai kebebasan, serta menegosiasikan posisi mereka dalam masyarakat. Laporan Liputan6 (2024) menegaskan bahwa istilah skena merujuk pada subkultur anak muda yang terbentuk secara organik melalui kesamaan estetika, preferensi musik, serta gaya hidup sebagai bentuk ekspresi diri. Kondisi ini menunjukkan bahwa skena telah menjadi medan kebudayaan baru yang relevan dalam membaca dinamika sosial generasi saat ini.

Secara konsep, skena adalah kumpulan ruang sosial, komunitas, serta praktik budaya yang terhubung oleh kesamaan minat terhadap musik, mode, atau gaya hidup tertentu. Musik, dalam konteks ini, bukan hanya dipahami sebagai karya seni, tetapi sebagai medium komunikasi sosial dan pembentuk identitas. TentangPuan (2025) menggambarkan bahwa bagi anak muda, musik dan mode dalam skena menjadi simbol yang menandai siapa mereka dan bagaimana mereka ingin dilihat. Ketika kedua konsep ini bergabung, lahirlah skena musik: sebuah arena budaya tempat musisi, penggemar, kreator konten, penyelenggara acara, dan pelaku industri bertemu, berinteraksi, serta menciptakan dinamika sosial tersendiri. Skena musik tidak hanya bergantung pada genre tertentu, tetapi juga membentuk nilai, estetika, dan norma yang dihayati secara kolektif.

Sejarah perkembangan skena musik dapat ditelusuri melalui perjalanan subkultur musik yang terus berubah mengikuti perkembangan teknologi dan media. Kompas (2023)mencatat bahwa skena musik Indonesia berkembang dari ruang komunitas kecil, gigs independen, hingga industri musik digital berbasis platform. Pada dekade 1990–2000-an, skena tumbuh kuat melalui komunitas lokal seperti indie Bandung maupun gerakan underground. Namun pada era digital, cara anak muda mengakses dan membangun skena mengalami transformasi besar. Laporan Benang.id (2024), yang merujuk pada survei YouGov, menunjukkan bahwa Gen Z merupakan kelompok paling aktif membentuk tren digital Indonesia termasuk dalam konsumsi musik, budaya visual, dan komunitas daring. Hal ini menjelaskan bahwa skena musik modern tidak hanya tumbuh secara fisik, tetapi juga diciptakan melalui ekosistem digital yang sangat dipengaruhi perilaku Gen Z.

Fenomena kekinian ini tampak dalam berbagai praktik budaya anak muda. Hypeabis(2024) menunjukkan bahwa musisi muda bersinar melalui industri musik digital sebagai dampak dari perubahan perilaku konsumsi musik generasi Z. IsasEvent(2025) menambahkan bahwa skena musik tidak lagi terbatas pada genre tertentu, tetapi terbentuk melalui pengalaman kolektif yang melibatkan konser kecil, media sosial, hingga ruang kreatif digital. Sementara itu, AnggiNews(2025) menggambarkan bagaimana skena indie telah berkembang menjadi gaya hidup yang mencerminkan kebebasan, kreativitas, dan keaslian. Rangkaian fenomena ini menguatkan bahwa skena musik menjadi wadah bagi anak muda untuk mengekspresikan identitas budaya mereka, baik secara offline maupun online.

Dalam perspektif sosiologi, fenomena skena musik dapat dianalisis melalui teori Subkultur dan Interaksionisme Simbolik. Pertama, teori Subkultur melihat bahwa kelompok anak muda sering membentuk budaya tandingan melalui gaya, simbol, dan pilihan musik sebagai bentuk resistensi terhadap budaya dominan. Fenomena yang digambarkan Liputan6(2024) dan TentangPuan (2025) menunjukkan bahwa gaya berpakaian, sikap, serta estetika visual anak skena adalah simbol-simbol subkultural yang digunakan untuk menandai identitas. Kedua, teori Interaksionisme Simbolik menjelaskan bagaimana identitas terbentuk melalui interaksi dan simbol yang dimaknai Bersama. Jadi identitas anak muda dalam skena musik terbentuk melalui interaksi berulang dan penggunaan simbol-simbol musikal maupun estetika. Hal ini sejalan dengan temuan pada Repository STSRDVISI (2024) yang menyebutkan bahwa identitas budaya populer selalu lahir dari proses negosiasi makna antara individu dan komunitasnya. Komunitas skena, menurut Kompas(2023), menyediakan ruang di mana anak muda saling berinteraksi, menegosiasi makna, dan membangun identitas diri berdasarkan standar komunitas. Dengan demikian, musik dan gaya dalam skena bukan sekadar pilihan estetika, melainkan simbol identitas yang terbentuk melalui proses sosial.

Dengan menggunakan teori-teori tersebut, skena musik dapat dipahami sebagai arena sosial tempat anak muda mengekspresikan diri sekaligus membentuk identitas budaya yang khas. Musik menjadi medium simbolik yang merepresentasikan kebebasan, kreativitas, dan keberbedaan. Sementara komunitas memberikan legitimasi dan solidaritas melalui praktik kolektif seperti gigs, kolaborasi, konten media sosial, dan aktivitas kreatif lainnya. Di sisi lain, fenomena ini juga memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Hypeabis(2024)menunjukkan bahwa industri musik digital telah membuka peluang besar bagi musisi, desainer, videografer, dan pelaku seni lainnya yang tumbuh dalam skena. Namun, perkembangan skena juga menghadapi risiko komodifikasi, ketika simbol-simbol subkultural diambil oleh pasar untuk kepentingan komersial. Meski demikian, skena tetap menjadi ruang penting bagi kebudayaan anak muda di tengah arus digitalisasi.

Pada akhirnya, skena musik memainkan peranan penting dalam membentuk identitas budaya anak muda di era modern. Sebagai subkultur kontemporer, ia memadukan musik, gaya hidup, ruang sosial, dan interaksi simbolik dalam satu kesatuan praktik budaya. Generasi muda memanfaatkan skena untuk mengekspresikan jati diri, menemukan komunitas, serta membangun makna di tengah perubahan sosial yang cepat. Dengan dukungan media digital, skena musik semakin menguat sebagai ruang budaya yang dinamis, kreatif, dan terus berkembang. Esai ini menegaskan bahwa skena musik bukan hanya fenomena estetika, tetapi fenomena sosial yang layak dipahami sebagai bagian dari dinamika budaya dan identitas generasi muda saat ini.

Rayyan Granito & Tahmid Akbar H. (Anggota HRD Labsos)

References

ADMIN. (2025, Februari 01). Tentangpuan.com. Retrieved from Tentangpuan.com: https://tentangpuan.com/2025/02/01/gaya-anak-skena-identitas-musik-dan-mode-yang-tak-lekang-waktu/

Juraganpadi. (2025, Maret 20). ANGGINEWS. Retrieved from ANGGINEWS: https://angginews.com/skena-indie-perkembangan-musik-dan-gaya-hidup-di-kalangan-anak-muda/?pgrelated=2&=1

Liputan6. (2024, Oktober 16). Liputan6. Retrieved from Liputan6: https://www.liputan6.com/feeds/read/5720728/skena-adalah-memahami-fenomena-subkultur-anak-muda

MORA, L. (2025, November 06). ISAS EVENT. Retrieved from ISAS EVENT: https://isasevent.com/mengenal-lebih-dalam-musik-skena-itu-seperti-apa/

Nadhim Ramdan, R. H. (2024, Agustus 16). PENGENALAN TREN BUDAYA ANAK MUDA PADA ERA DIGITAL MELALUI INSTAGRAM REELS SERIAL"TELUSURI SKENA"DI YOGYAKARTA. -. Retrieved from http://repository.stsrdvisi.ac.id/2095/

Putri, R. S. (2023, Agustus 03). KOMPAS.com. Retrieved from KOMPAS.com: https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/03/161557965/memandang-geliat-skena-musik-indonesia?page=all#google_vignette

redaksi. (2024, Agustus 29). benang,id. Retrieved from benang.id: https://benang.id/laporan-yougov-ungkap-peran-gen-z-dalam-membentuk-lanskap-media-indonesia/

Sidik, F. (2024, Maret 31). Hyperabis.id. Retrieved from Hyperabis.id: https://hypeabis.id/read/34809/hypereport-musisi-muda-bersinar-di-industri-musik-digital