Menilik Kembali Teori Bunuh Diri Emile Durkheim : Kasus Bunuh Diri Mahasiswa (REAKSI#5)
Bunuh diri merupakan suatu kejadian yang sedang marak terjadi saat ini. Bunuh diri adalah peristiwa untuk mengakhiri hidupnya sendiri secara sengaja. Kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia tercatat meningkat semakin bertambahnya tahun. Berdasarkan Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), terdapat 971 kasus bunuh diri yang tercatat di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka tersebut telah melampaui kasus bunuh diri pada tahun 2022 yang berjumlah 900 kasus. Kasus yang terjadi tersebut melingkupi seluruh wilayah Indonesia. Tetapi angka bunuh diri paling banyak ada di provinsi Jawa Tengah, yaitu 356 kasus. Tentu saja kasus tersebut melingkupi berbagai macam usia.
Belakangan ini, ada pula berbagai kasus bunuh diri di lingkungan mahasiswa yang ramai diberitakan. Penulis hanya menuliskan dua kasus yang terjadi dalam waktu berdekatan. Pertama, kasus dugaan bunuh diri mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) berinisial NJW (20) yang merupakan warga Ngaliyan Semarang. Kedua, seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta di Semarang, berinisial EN (24) yang merupakan warga Kapuas, Kalimantan Tengah. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka melakukan tindakan tersebut belum bisa diketahui secara pasti. Karena melalui berbagai barang bukti yang ditemukan atau keterangan saksi, segala faktor bersifat menduga. Dugaan yang ada diantaranya adalah masalah keluarga, percintaan dan ekonomi.
Merujuk Emile Durkheim, terdapat empat tipe tindakan bunuh diri, yaitu egoistic suicide, altruism suicide, anomie suicide, dan fatalistic suicide. Egoistic suicide merupakan tindakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang lemah. Hal tersebut terjadi karena tekanan berlebihan pada individu tetapi kurang dalam ikatan sosial pada kelompok sosialnya. Individu-individu ini berjalan terpisah sehingga tidak ada kerjasama atau kolektivitas dalam masyarakat. Altruism suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang terlalu kuat. Solidaritas yang ada pada kelompok sosial tertentu sangat tinggi, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dituntut untuk mematuhi lingkungan.
Anomie suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena tidak adanya pengaturan terhadap aspirasi dan tujuan individu. Maksudnya, perubahan-perubahan yang mendadak dalam masyarakat, seperti krisis ekonomi yang parah atau periode ekspansi menyebabkan norma yang berlaku sebelumnya dilepaskan. Menurut Durkheim, keinginan dan kebutuhan manusia tidak akan pernah ada habisnya. Kedua hal tersebut dihambat oleh adanya norma-noema yang ada dalam masyarakat. Ketika hambatan ini hilang, maka keinginan manusia akan menjadi lepas kendali. Fatalistic suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena meningkatnya aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Aturan yang kuat ini terlalu kuat dan dirasa berlebihan. Individu yang tidak siap akan tertekan oleh norma dan tatanan nilai yang ada.
Faktor-faktor sosial, seperti ketidaksetaraan ekonomi, dukungan sosial, tekanan budaya, dan perubahan sosial, juga dapat memengaruhi berbagai tipe bunuh diri. Oleh karena itu, analisis kajian bunuh diri harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial ini dan mengidentifikasi tipe bunuh diri yang paling relevan dalam situasi tertentu . Berdasarkan hasil penyelidikan pada kasus yang telah disebutkan, ditemukan beberapa dugaan yang melatarbelakangi individu melakukan bunuh diri yaitu permasalahan ekonomi, keluarga, percintaan dan masalah sosial lainnya. Permasalahan yang tidak ditangani secara tepat seringkali memunculkan ide bunuh diri. Maka dari itu, sebagai mahasiswa seyogyanya bisa lebih peduli kepada diri sendiri dan teman dilingkungan sekitar kita.
Sumber :
Biroli, Alfan, (2018), “BUNUH DIRI DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”, Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Madura : SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2. https://journal.trunojoyo.ac.id/simulacra/article/download/4996/3391.
K Sagita, Sri Nafilah, (2023), “RI Darurat Kesehatan Mental, Kemenkes Ungkap Kasus Bunuh Diri Naik Terus”, https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6979625/ri-darurat-kesehatan-mental-kemenkes-ungkap-kasus-bunuh-diri-naik-terus.
Rostanti, Qommarria (2023), “Dalam 2 Hari, 2 Mahasiswa Semarang Bunuh Diri, Ini Reaksi Wali Kota”, https://news.republika.co.id/berita/s2g9js425/dalam-2-hari-2-mahasiswa-semarang-bunuh-diri-ini-reaksi-wali-kota.
Safuan, Ahmad (2023), “Penyebab Mahasiswi Bunuh Diri di Semarang Diduga Terkait Pinjol”, https://m.mediaindonesia.com/nusantara/621223/penyebab-mahasiswi-bunuh-diri-di-semarang-diduga-terkait-pinjol