Gen Z dan Kesadaran Kelas

Gen Z dan Kesadaran Kelas

Dalam hitugan hari, apa yang sebelumnya bermula dengan demonstrasi berubah menjadi amarah besar. Pemandangan terbakarnya gedung parlemen membanjiri media sosial seolah itu menjadi tuntutan revolusioner terbuka. Berangkat dari kekesalan akan tingginya kenaikan pajak di beberapa daerah, tunjangan fantastis DPR, sampai ke tindakan tak manusiawi aparat keamanan. Setiap menit momen-momen protes dihadapkan dengan moncong senjata dan kendaraan militer yang siap melindas semuanya.

Gelombang protes massa tidak hanya terjadi di negeri Konoha, tetapi juga meledak di berbagai negara Asian Pasifik seperti Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand, Filipina, hingga Malaysia yang ikut-ikutan.

Di Nepal, aksi massa yang dimotori oleh Generasi Z menciptakan iklim konflik yang benar-benar memanas. Aksi ini dihadapkan dengan tindakan represif yang kemudian menewaskan 72 pengunjuk rasa yang mayoritas adalah mahasiswa. Gedung-gedung parlemen termasuk istana negara dibakar oleh amukan massa. Dalam hitungan jam, Perdana Menteri KP Sharma Oli beserta kabinetnya akhirnya menyerah dan mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan.

Usai bubarnya kabinet, Gen Z di Nepal menggelar pemilu melalui jejaring sosial lewat aplikasi discord yang berisikan 160.000 anggota. Mereka kemudian bernegosiasi dengan tentara Nepal dalam siaran langsung. Alhasil, terpilihlah Shushila Karki sebagai Perdana Menteri perempuan pertama dalam sejarah Nepal yang juga dipilih dengan metode paling revolusioner. Kelompok discord ini juga membuka konsultasi politik untuk publik sampai saat ini dan menerbitkan manifesto publik yang mereka sebut “Reformasi Nepal”.

Di sisi lain, generasi muda Bangladesh tidak kalah revolusioner, pemberontakan mahasiswa tahun 2024 menggulingkan Perdana Menteri Syeikh Hasina. Dalam rentang waktu 46 hari, aksi protes menghadapi serangkaian penembakan yang menewaskan 1.400 aksi massa. Amarah rakyat tergerak tatkala Perdana Menteri yang diduga menggelapkan 17 miliar USD dalam 15 tahun masa jabatannya.

Begitu juga dengan Thailand, Sejak awal 2025, jalanan Bangkok dipenuhi ribuan demonstran muda yang menentang dominasi militer dan praktik monarki absolut. wajah generasi muda tidak lagi takut melawan garis keturunan yang selama ini dianggap sakral. Filipina juga menjadi episentrum perlawanan ketika mahasiswa di Manila mengepung istana Malacanang pada 21 September 2025 kemarin. Kekecewaan pada pemerintahan yang sarat nepotisme dan utang luar negeri yang membengkak memicu amarah publik.

Berawal dari Ketimpangan yang Super Lebar

Asia-Pasifik menjadi rumah bagi 60 persen populasi remaja dan pemuda dunia. Namun justru kelompok inilah yang semakin tersisih dari akses pekerjaan, pendidikan, dan janji pertumbuhan ekonomi yang kerap digembar-gemborkan di negara masing-masing.

Wilayah ini menguasai 35,9 persen kekayaan global berdasarkan Laporan Kekayaan Global 2025. Meski demikian, kekayaan tersebut terdistribusi secara timpang akibat warisan panjang korupsi, nepotisme, kronisme, serta jejak kolonialisme. Kondisi ini melahirkan kelas miliarder yang memperoleh harta bukan lewat produktivitas, melainkan lewat praktik pengambilan yang eksploitatif sebagaimana ditegaskan dalam laporan Oxfam International edisi Januari 2025 berjudul “Takers, Not Makers.”

Bahkan di tahun 2024, kekayaan miliader meningkat 3 kali lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan persebaran penduduk miskin di Asia Pasifik tidak mengalami perbaikan sejak tahun 1990, yakni dengan perkiraan 3,6 miliar penduduk miskin.

Nepal merupakan negara termiskin di Asia Selatan dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) 42,91 miliar USD dan menempati peringkat 107 dari 180 negara terkorup (Transparancy International: Coruption Perception Index). Pendapatan rata-rata penduduk Nepal hanya mencapai 123 USD perkapita dan 10% orang terkaya menguasai 26 kali aset 40% rakyat termiskin.

Di Bangladesh, 10% orang kaya menguasai 40% pendapatan negara menurut data pemerintah yang dipublish oleh gubernur bank sentral Bangladesh 2023. Belum lagi jika dikaitkan dugaan penggelapan dana 17 Miliar USD yang dilakukan Perdana Menteri. Begitu juga dengan Sri Lanka yang 92% penduduknya meyakini bahwa kesenjangan semakin melebar dalam decade terkahir (Institute for Health Policy, 2024).

Begitu juga di Konoha, awal tahun 2025 dibuka dengan diPHK-nya 18.610 pekerja di dua bulan pertama dan saat ini presentase kenaikan PHK meningkat sebesar 32,19% dari tahun 2024. Saat ini sebanyak 42.385 pekerja dari 81 perusahaan menjadi korban gelombang PHK. Sedangkan efisiensi anggaran membuat transfer ke daerah berkurang 2,89–3,17% dari PDB (setara 50 triliun) yang menyebabkan APBD berkurang. Untuk menaikan APBD, beberapa pemerintah daerah justru menaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga ribuan persen. Target pendapatan pajak di tahun 2025 berada di angka Rp. 2.189 triliun dan angka yang sudah diperoleh pemerintah saat ini jauh dari kata terealiasasi.

Data dari Laporan Ketimpangan Indonesia dari Celios menunjukan bahwa kekayaan 50 orang terkaya setara dengan total kekayaan 50 juta penduduk di Indonesia. Bahkan tunjangan yang DPR yang menyulut kemarahan, jika dihitung mencapai 10 kali lipat upah minimun di Jakarta. Tewasnya Affan Kurniawan, mendorong pengunjuk rasa menjarah rumah politisi dan mengungkap bukti kekayaan yang tidak proporsional.

Generasi Tagar

Di era digital, protes Gen Z tidak hanya berlangsung di jalanan, melainkan juga menemukan medan tempur barunya di media sosial. Jika di Nepal perlawanan mereka dikristalisasi dalam tagar #NepoBabies, maka di Sri Lanka kemarahan publik memuncak dengan slogan #GoHomeGota. Di Indonesia, suara serupa menggema melalui tagar #PolisiPembunuhRakyat, yang kemudian beresonansi bersama kampanye digital lintas negara Asia Tenggara di bawah sebutan “SEAblings” yang menjadi sebuah simbol persaudaraan yang menegaskan bahwa keresahan anak muda di kawasan ini memiliki denyut yang sama. Sama halnya dengan #ReformThailand yang digunakan untuk melawan penguasa militer.

Di Bangladesh, kreativitas digital menjadi senjata paling ampuh ketika ruang fisik direpresi. Meskipun pemerintah memberlakukan pemadaman internet selama 22 hari, jam malam, hingga pengerahan militer, generasi muda tetap menemukan cara untuk bersuara. Penggunaan VPN melonjak hingga 5.016 persen, membuka jalur alternatif untuk mempertahankan komunikasi. Musik rap dan meme politik bermunculan sebagai bentuk ekspresi yang jenaka sekaligus tajam dalam menyindir otoritarianisme.

Tidak heran jika lembaga hak digital AccessNow menyebut tahun 2024 sebagai “tahun terburuk” dalam sejarah pemadaman internet. Dengan begitu, “Generasi Tagar” ini menegaskan bahwa perjuangan kelas tidak lagi sebatas pada benturan fisik, melainkan juga pada arena simbolik dan kultural yang diciptakan di ruang digital.

Perjuangan Kelas

“The history of all hitherto existing society is the history of class struggle. Freeman and slave, patrician and plebeian, lord and serf, guild master and journeyman, in a word, oppressor and oppressed, stood in constant opposition to one another.”

Kutipan di atas sekiranya memberikan penjelasan bahwa sejarah transformasi sosial adalah sejarah pertentangan kelas. Pertentangan kelas berkaitan dengan corak produksi, nilai tukar, serta relasi antara kelas borjuis dan proletar yang kemudian menciptakan kondisi sosial ekonomi-politik masa kini.

Gelombang demonstrasi yang digerakkan Gen Z di Asia-Pasifik pada akhirnya tidak bisa dilepaskan dari pertarungan kelas. Mereka tumbuh di tengah ketimpangan yang semakin menganga: ketika segelintir elit menumpuk kekayaan melalui korupsi, nepotisme, dan kronisme, miliaran orang lainnya terjebak dalam stagnasi ekonomi yang tak kunjung berubah sejak tiga dekade lalu.

Terpenting untuk diamati bahwa dialektika Marx menekankan relasi dialektis antara subjek dan objek dalam proses historis. Marx menyarakan agar masyarakat melihat dunia yang terindra (The Sensuous World). Segala bentuk objek dan realitas adalah aktivitas manusia yang terindra (human sensuous activity). Dalam hal ini, manusia harus menyadari dirinya sebagai mahluk sosial, atau sebagai subjek sekaligus objek dari proses sosio-historis.

Gen Z merupakan generasi yang dikategorikan generasi paling cemas terhadap masa depan. Mereka dibayangi dengan kondisi ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi dan lapangan pekerjaan yang kian menjadi barang langka. Ditambah dengan dukungan media sosial yang heterogen, memungkinkan generasi ini lebih peka terhadap The Sensuous World yang mengerikan.

Sekolah dan media mainstream tidak lagi menempati apa yang disebut sebagai “The Means of Mental Production”, atau alat produksi mental yang memungkinkan mentransfer kesadaran kelas penguasa terhadap kelas subordinat. Produksi mental kini dimotori oleh media sosial yang menghancurkan hirarki mental dengan sendirinya.

Perjuangan kelas yang ditafsir ulang oleh Gen Z mengambil bentuk yang unik: mereka menggabungkan amarah jalanan dengan kecanggihan digital, menghubungkan penderitaan lokal dengan narasi global. Di Nepal, Sri Lanka, hingga Bangladesh, mereka menolak logika lama yang menempatkan rakyat sebagai obyek pembangunan semata. Sebaliknya, mereka menuntut redistribusi kekayaan, transparansi anggaran, hingga partisipasi publik dalam pengambilan keputusan.

Alkautsar Holzian Akbar - Research and Development Departement

Referensi:

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2025). Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2026. Jakarta: Kementerian Keuangan.

CNN Indonesia. 2025. “Badai PHK Menerpa, Bisakah Mimpi Ekonomi Terbang 8 Persen Terwujud?” Diambil 1 Mei 2025 (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250307061940 92-1205958/badai-phk-menerpa-bisakah-mimpi-ekonomi-terbang-8-persen-terwujud).

CNN. n.d.“PHK Melejit 32% Di Semester I/2025, Wilayah Ini Paling Parah!” https://www.cnbcindonesia.com/research/20250727071010-128-652512/phk-melejit-32-di semester-i-2025-wilayah-ini-paling-parah.

Index, Transparancy International: Coruption Perception. n.d.“2024 Corruption Perceptions Index -Explore… - Transparency.Org.” https://www.transparency.org/en/cpi/2024/index/npl.

Report, Global Wealth. n.d.“Laporan Kekayaan Global 2025 | UBS Global.” https://www.ubs.com/global/en/wealthmanagement/insights/global-wealth-report.html.

UNFPA. n.d.“UNFPA Asia Dan Pasifik | Remaja & Pemuda.” https://asiapacific.unfpa.org/en/adolescents-and-youth.