Membumikan Pemikiran Ibn Khaldun sebagai Perspektif Teoritis dalam Sosiologi

Senin, 09 Desember 2019 bertempat di IC Room (Interactive Center) FISHUM, berlangsung Kuliah Umum bertema “Dari Barat Kembali ke Timur". Acara yang dihadiri oleh sekitar 80 mahasiswa ini merupakan bagian dari rangkaian mata kuliah Sosiologi Ibn Khaldun, yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan HMPS Sosiologi 2019.

Kuliah ini menghadirkan Dr. Fahrudin Faiz, M. Si (dosen Filsafat Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga) dan Kaprodi Sosiologi Achmad Zainal Arifin, Ph. D sebagai narasumber. Acara dibuka oleh Dekan FISHUM Dr. Mochamad Sodik, M. Si. Dalam sambutannya, Dr. Mochamad Sodik, M. Si menyampaikan bahwa Fishum ke depan harapannya bisa memiliki ‘Ibn Khaldun Corner’ sebagai ruang baca pemikiran Ibn Khaldun. Beliau juga memberikan motivasi agar mahasiswa dapat menerbitkan buku ‘Bunga Rampai Pemikiran Sosiologi Ibn Khaldun’ sebagai salah satu bentuk perhatian intelektual muslim terhadap khazanah pemikiran sosial dalam Islam. Melalui kedua hal tersebut, Dr. Mochammad Sodik, M. Si berharap mahasiswa dan akademisi akan semakin mengenal pemikiran Ibn Khaldun.

Ibn Khaldun sendiri merupakan salah satu tokoh muslim dari Abad Pertengahan yang oleh banyak akademisi Barat diklaim sebagai ilmuwan Sosiologi. Dikatakan demikian karena pemikirannya dianggap mirip dengan konsep Sosiologi yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh besar Sosiologi seperti August Comte, Karl Marx, dan Max Weber. Namun demikian, Achmad Zainal Arifin, Ph. D dalam paparannya menjelaskan, meski pemikirannya begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat, Ibn Khaldun justru belum mendapatkan tempat di kalangan muslim sendiri.

Padahal, ketika ilmuwan Barat menitik beratkan aspek rasional dan empiric sebagai syarat sah kebenaran ilmiah, Ibn Khaldun adalah yang pertama kali mengintegrasikan aspek rasional-empirik dengan agama. Dalam konteks itu, Dr. Fahrudin Faiz menjelaskan bahwa menurut Sayyed Hossein Nasr, akal juz’I (akal partikular) menekankan manusia tidak bisa berpikir jika tidak ada pijakan empirisnya. Sementara dalam epistemologi Islam (yang menjadi basis pemikiran Ibn Khaldun) akal ini masih belum lengkap tanpa akal kulli yang bersifat holistic dan integral. Diantaranya adalah pancaindera, nurani, intuisi, dan imajinasi. Creative Imagination ini menjadi penting dalam ranah kajian metafisika dan agama, yang jarang sekali dibahas dalam epistemology Barat. Lebih lanjut, Achmad Zainal Arifin, Ph D menegaskan karena faktor inilah maka pemikiran Ibn Khaldun seharusnya bisa menjadi role model pengembangan keilmuan di Prodi Sosiologi FISHUM.

Selain dihadiri oleh mahasiswa Sosiologi, acara ini juga diramaikan oleh mahasiswa dari beberapa fakultas lain di UIN Sunan Kalijaga. Hadir pula Dr. Sulistyaningsih, M. Si (Wakil Dekan Bidang III Fishum), dan UI Ardaninggar Luhtitianti, M.A (dosen Sosiologi FISHUM). Selanjutnya, acara ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber oleh Dekan FISHUM, dan diakhiri dengan foto bersama peserta. (UI Ardaninggar)