Pelantikan Pengurus ISI Wilayah Yogyakarta Periode 2019-2023 dan Sarasehan Kebangsaan

Pada hari Senin (9/7) Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) bekerjasama dengan Program Studi Politik Islam UMY menyelenggarakan kegiatan pelantikan kepengurusan Ikatan Sosiologi Indonesia Wilayah Yogyakarta Periode 2019-2023 dan Sarasehan Kebangsaan bertema “Reinvensi Demokrasi Indonesia” dengan pembicara Dr. Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah. Kegiatan pelantikan kepengurusan ISI dan Sarasehan berlangsung sangat menarik di Gedung Pasca Sarjana Lantai 4 UMY.

Acara ini dihadiri oleh dosen-dosen Sosiologi dan guru besar dari berbagai kampus di Yogyakarta, Alumni Sosiologi UGM, dan dari Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN sunan Kalijaga yang hadir dalam acara ini adalah Dr. Mochamad Sodik, M.Si yang juga selaku Dekan, Dr. Sulistyaningsih, M.Si yang juga selaku Wakil Dekan Bidang III, Achmad Zainal Arifin, Ph.D selaku Ketua Program Studi, Dr. Napsiah, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi, Ambar Sari Dewi, M.Si selaku Ketua Lab. Sosiologi, Dr. Muryanti M.A, Agus Saputro, M.Si dan Pengurus HMPS Sosiologi.

Acara dimulai dengan pelantikan pengurus ISI, dengan pembacaan nama-nama pengurus ISI dilanjutkan penyerahan secara simbolis SK Kepengurusan ISI Periode 2019-2023 oleh M. Najib Azca, Ph.D perwakilan dari ISI Pusat kepada Dr. Suharko, M. Si selaku ketua ISI Wilayah Yogyakarta. Dilanjutkan dengan foto Bersama pengurus ISI terlantik.

Acara selanjutnya adalah sarasehan dengan materi yang disampaikan oleh Dr. Haedar Nashir yang dimoderatori oleh Dr. Zuly Qodir, M.Ag Dosen Ilmu Pemerintahan UMY yang juga ketua panitia acara ini. Di awal sarasehan, Zuly Qodir menjelaskan tema “Reinvensi Demokrasi Indonesia” dipilih dikarenakan momentum sekarang masih hangat-hangatnya wacana terkait iklim politik pasca pilpres. Pada awal diskusi Haedar Nashir, menyampaikan peran-peran Muhammadiyah dalam menciptakan iklim politik yang kondusif di Indonesia melalui berbagai karya buku dan kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. Haedar berharap pada masyarakat untuk membangun pikiran yang kritis dan interpretative di tengah pemikiran positivistic. Haedar juga menjelaskan Isu kebangsaan kontemporer saat ini adalah menguatnya politik identitas (mengarah pada radikalisme) dan Demokrasi yang tengah berlangsung di Indonesia.

Menurut Haedar politik identitas dilahirkan oleh demokrasi liberal yang kebablasan. Dan dalam melihat umat Islam sendiri, Haedar mengibaratkan “baju yang kekecilan”, terjadi pengelompokan-pengelompokan Islam karena kepentingan politik dan mereka mendefinisikan Islam sangat sempit dan merasa eksklusive. Selama sisi ekstrim ini masih ada, menurut Haedar konflik antara fundamentalis (Kiri >< Kanan) akan tetap ada. Haedar melihat politik saat ini dominasi partai atau oligarki partai sangat kuat, dan hal ini yang membuat jengkel.

Diakhir sarasehan, Haedar memberikan tawaran solusi untuk merekonstruksi atau intervensi terhadap radikalisme. Dan berharap untuk teman-teman Sosiologi perlu tampil untuk menjelaskan kasus-kasus kebangsaan dengan berbagai perspektif atau paradigma, sehingga interpretasi tidak sempit. (Agus)