Guest Lecturer : Implementasi Agrement Sosiologi UIN Sunan Kalijaga dan Sosiologi Universitas Brawijaya
Guest Lecturer : Implementasi Agrement Sosiologi UIN Sunan Kalijaga dan Sosiologi Universitas Brawijaya
Jumat, 31 Oktober 2025, Prodi Sosiologi mendatangkan Dosen tamu untuk matakuliah Sosiologi Keluarga dari Universitas Brawijaya. Aktiivtas ini merupakan implementasi agremen (IA) dari PKS yang telah dibangun pada tahun 2023 yang lalu yang diinisiasiasi oleh Prof. Mooch. Sodik, selaku dekan periode tersebut. PKS itu, ditindaklanjuti oleh ketua prodi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Dr. Napsiah dan Sekretaris departemen Sosiologi Universitas Brawijaya Dewi Puspita Rahayu, M.A. Pelaksanaan kuliah dilakukan secara daring dengan menghadirkan 90 peserta mahasiswa Angkatan tahun 2024 dari prodi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga.
Kuliah Dosen tamu menghadirkan Dosen Astrida Fitri Nuryani, S.TP., M.Si selaku pakar dari Sosiolog keluarga Universitas Brawijaya. Dengan mengangkat tema Pola Asuh Anak di era Digital. Tema ini merupakan hasil disertasi yang memiliki data yang kaya dan kajian teoritis yang mapan. Dengan mengambil kasus pola asuh keluarga migran di luar negeri dan dalam negeri diungkapkan bahwa gigital telah mengubah pola asuh yang trasdisonal menuju modern. Teknologi telah membawa orang tua ke dunia baru, yang kadang kala tidak bisa diikuti karena begitu cepat. Salah satu contoh adalah orang tua tidak mengenal permainan anak di era digital, sehingga orang tau tidak mengetahui bahwa game tersebut memuat kontek kekerasan, pelecehan seksual, bahkan LGBT. Mengacu pada Teori Digital Parenting (Livingstone & Blum-Ross, 2020) Orang tua menggunakan teknologi sebagai alat negosiasi batasan (misal: membatasi screen time via aplikasi Family Link). Dengan begitu Digital literacy sebagai modal sosial baru dalam pengasuhan. Karena itu, orang tua harus cepat mengadaptasikan diri dalam pola asuh.
Di Indonesia Jenis-Jenis Keluarga Modern seperti : Pertama. Keluarga Migran Orang tua bekerja di luar negeri, anak diasuh oleh kakek/nenek dengan komunkasi via video (Miftana, 2024). Kedua. Keluarga Perdesaan dengan Digital Literacy Rendah: call Ibu menggunakan WhatsApp untuk koordinasi pengasuhan, tetapi terbatas pada pesan teks/voice note (Lindayana, 2025). Ketiga. Keluarga dua penghasilan (Dual-Income) Pasangan bekerja; beban domestik tetap timpang (Imanda, 2024). Jenis-jenis keluarga ini berdampak pada pola pengasuhan. Dampak pada Pola Asuh: Terjadi transisi dari kehadiran fisik ke kehadiran digital - misalnya, orang tua migran menggunakan video call untuk "makan bersama" atau mengawasi anak dari luar negeri (Miftana, 2024). Menurut Nuryani et al. (2025), teknologi digital berfungsi sebagai alat reproduksi sosial baru dalam menjaga kedekatan emosional keluarga.
Mengacu pada Blumer tentang pola asuh sebagai proses interaksi sosialmemiliki Prinsip Utama: 1. Anak sebagai agen aktif: Membangun identitas melalui interpretasi interaksi (misal: anak menafsirkan video call orang tua migran sebagai "kehadiran") (Mumpel et al, 2021). 2. Definisi situasi: Orang tua migran menyebut diri "pahlawan keluarga", sementara anak merasa "ditinggal"(Salafuddin et al., 2020). Contoh Kasus: Anak di Mojokerto memahami video call ibu sebagai "hadir tapi jauh" (Miftana, 2024). Ayah di Senggreng menafsir perannya sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawab moral. Di Kidangberik, interaksi lewat voice note antar anggota keluarga menjadi simbol kedekatan digital.
Digital Parenting dalam Realitas Indonesia Peran Teknologi (Livingstone & Blum-Ross, 2020; Nuryani et al., 2024): pertama, alat negosiasi: orang tua menetapkan batas screen time dan aktivitas daring anak. Kedua. Sumber informasi: ibu di perdesaan menggunakan YouTube & grup WhatsApp untuk belajar parenting (Nuryani et al., 2025). Ketiga. Kehadiran digital: video call & pesan suara jadi ritual kebersamaan jarak jauh (Livingstone & BlumRoss, 2020). Tantangan: 40% desa sinyal tidak stabil (APJII, 2023). 30% ibu belum mampu mengakses konten edukatif berbasis video (PUSKAPA, 2022).
Pemaparan materi yang disampaikan oleh bu Astrid, nampak menarik perhatian mahasiswa Sosiologi, pada sesi tanya jawab, mahasiswa mengajukan pertanyaan. Satu per satu bu Astrid menjawab dengan pertanyaan mahasiswa dengan jelas dan berbasis data. Di akhir pertemuan bu Astridjuga menyampaikan beberapa pertanyaan tersebut dapat dijadikan tema menarik untuk sebuah tulisan atau skripsi mahasiswa. Dari pertemuan itu, selain memperoleh pemaham tentang pola asuh di era digital, mahasiswa juga memperoleh pengetahuan tentang bagaimana isu keluarga dikaji dari perspfektif sosiologis.
Di akhir sesi bu Astrid menyampaikan support kepada mahasiswa Sosiologi untuk terus berkarya sehingga menjadi Sosiolog yang sukses. Penyerahan sertifikat disampaikan oleh Rifdah Al Qisthi Ahmad (Aqis) selaku moderator, yang diakhir dengan foto bersama. Terimakasih UB semoga kerjasama lainnya segera terwujud.