"Merancang Kurikulum Sosiologi yang Berdampak: Sinkronisasi Strategi Kolaborasi Inovasi Dosen untuk Akreditasi Unggul" : Prodi Sosiologi Mengikuti Lokakarya Asosiasi Prodi Sosiologi Indonesia.

"Merancang Kurikulum Sosiologi yang Berdampak: Sinkronisasi Strategi Kolaborasi Inovasi Dosen untuk Akreditasi Unggul" :

Prodi Sosiologi Mengikuti Lokakarya Asosiasi Prodi Sosiologi Indonesia.

Jakarta, 29 September sampai 1 Oktober 2025, di ruang Aula Latif Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Lantai 2 Kampus A, Universitas Negeri Jakarta, berkumpul 170 Sosiolog seluruh Indonesia dalam rangka mengikuti Lokarya Nasional Asosiasi Prodi Sosiologi Seluruh Indonesia dengan judul: Merancang Kurikulum Sosiologi yang Berdampak: Sinkronisasi Strategi Kolaborasi Inovasi Dosen untuk Akreditasi Unggul". Acara Lokakarya Nasional (Loknas) tersebut mendiskusikan tentang Laboratorium, Jurnal dan Kurikulum. Prodi Sosiologi S1 Fishum, UIN Sunan Kalijaga, mengirimkan tiga orang Dosen Dr. Napsiah, selaku kaprodi, Dr. Astri Hanjarwati, selaku editor in chief dan Achmad Uzair selaku ketua Laboratorium Sosiologi mengikuti acara tersebut. Acara dimulai pukul 8.00 WIB, hari pertama dibuka oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Komarudin Hidayat, M.Si., yang mengungkapkan tentang kurikulum berdampak yang menjadi salah satu indikator untuk menuju akreditasi Unggul. Presentasi dari Rektor UNJ tersebut sekaligus membuka acara Lokakarya Nasional APSSI ke XI. Di sesi kedua narasumber dari Dr. Tyas Retno Wulan, M.Si., yang mempresentasikan tentang Lembar Evaluasi Diri Lamspak. Di sesi terakhir adalah sesi presentasi tentang profile studi disampaikan oleh ketua umum APSSI Dr. Harmona Daulay, S.Sos., M.Si.

Dalam sesi profile studi yang direkomendasikan oleh Asosiasi Keilmuan Prodi Sosiologi seluruh Indonesia adalah Profile itu bukan profile studi tetapi yang dimaksud adalah profile keilmuan. Adapun rekomendasi yang diberikan adalah: kemampuan analisis sosial, kemampuan penelitian sosial, pemahaman teori sosial, berpikir kritis, kemampuan komunikasi dan kerja sama tim. Lebih lanjut diungap bahwa profile studi S1 adalah 12 dan Profile lulusan S2 sebanyak 6.

Dalam sesi tanya jawab terungkap bahwa Sosiolog adalah sebuah profesi, karena itu diperlukan sertifikasi Sosiologi. Karena itu, APSSI perlu memikirkan untuk menjadi sebuah profesi agar Sosiologi lebih bermakna di masyarakat. Hal ini menjadi logis, karena profesi Sosiolog sangat dibutuhkan di masyarakat. Apabila profile keilmuan adalah menjadi akademisi guru misalnya, hal ini tidak relevan karena APSSI tidak mencetak guru dalam menjalankan proses belajar mengajarnya. Demikian juga tentang analisis sosial, banyak penganalisis namun keilmuan sosiologi menjadi penting dimunculkan. Karena itu profesi menjadi Sosiolog menjadi hal yang mendesak.

Di akhir sesi, APSSI menyimpulkan semua masukan-masukan dari anggota dan membuat SK APSSI untuk indikator yang disepakati baik profile, dan matakuliah. Hari pertama ini berlangsung dengan lancar hingga berakhir pada pukul 15.00 WIB.

Hari kedua, kegiatan loknas dibagi menjadi dua bagian, jurnal dan laboratorium. Laboratorium disampaikan narasumber dari UGM Dr. A.B. Widyanta, M.A., yang mengungupkan bahwa laboratorium UGM disebut dengan SORec (Social Research Center), membagikan pengalamannya dalam mengelola jurnal, seperti melakukan riset sosial dari founder, melakukan pembuatan buku ajar, penerbitan jurnal, melakukan kegiatan seminar/webinar, menjadi konsultan kegiatan pemberdayaan masyakarakat atau pendamping CSR perubahan, melakuan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilokasi yang dituju, pelibatan dosen dan mahasiswa. Sorec: social Research Center telah memiliki struktur organisasi laboratorium menjadi penting dari pihak dosen dan juga asisten laboratorium.

Sementara di sesi Jurnal dengan tema: Pengembangan Jejaring Jurnal APSSI di Era Digital. Prof Dr. Argyo Demartanto, M.Si, mengungkapkan bahwa penerbitan jurnal merujuk akreditasi menjadi keharusan bagi pengelola jurnal. Beberapa fitur jurnal yang harus diketahui sehingga pengguna jurnal dapat memperoleh akses yang mudah. Tidak hanya itu, jurnal harus berjejaring agar tidak kehabisan tulisan. Karena itu anggota APSSI harus saling berkolaborasi untuk mempermudah pengelolaan menuju akreditasi nasional dan jurnal internasional (Scopus).

Sesi tanya jawab pada disesi jurnal dan Laboratorium. Ada yang menarik dalam pengelolaan jurnal dan laboratorium yakni, di laboratorium ada shering pengetahuan seluruh APSSI, riset bersama kolektif kologial, shering data yang menyumbang isu-isu APSSI. Kualitas jejaring ini berfungsi untuk saling menguatkan. Demikian juga tentang Jurnal perlu kolaborasi antar sesama anggota APSSI. Pada saat yang sama, Jurnal Sosiologi Reflektif telah melakukan penandatanganan MoU dengan APSSI. Hal ini dilakukan oleh Dr. Astri Hanjar Wati dan Dr. Napsiah.

Di hari ketiga, APSSI menyimpulkan tentang agenda Loknas yang menguraikan tentang hasil Loknas, yang menjadi agenda APSSI ke depan. Acara ditutup dengan ramah tamah dan saling menandatangi MoU antarperguruan Tinggi. Selamat atas terselenggaranya Lokarya ke XI. Sampai berjumpa pada Lokarya berikutnya. Selamat Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia.